Puisi- sajak-sajak- memiliki kekhasan dibanding genre (bentuk) sastra
lainnya. Umumnya unsur-unsur yg membangun puisi- sajak- sangat kompleks.
Namun unsur-unsur tsb tidak berdiri sendiri-sendiri, semua unsur tsb
menyatu/ saling mendukung didalam puisi tsb. Dalam proses pembentukannya,
puisi mengalami proses konsentrasi (pemusatan) dan intensifikasi (pemadatan).
Walaupun ada puisi- sajak - yang menyarankan makna denotatif (makna lugas/
makna kata sesuai dengan arti pada kamus), ada banyak puisi yang menyarankan
makna konotatif (makna tambahan diluar makna lugas/harfiah).
lainnya. Umumnya unsur-unsur yg membangun puisi- sajak- sangat kompleks.
Namun unsur-unsur tsb tidak berdiri sendiri-sendiri, semua unsur tsb
menyatu/ saling mendukung didalam puisi tsb. Dalam proses pembentukannya,
puisi mengalami proses konsentrasi (pemusatan) dan intensifikasi (pemadatan).
Walaupun ada puisi- sajak - yang menyarankan makna denotatif (makna lugas/
makna kata sesuai dengan arti pada kamus), ada banyak puisi yang menyarankan
makna konotatif (makna tambahan diluar makna lugas/harfiah).
Langkah sederhana dalam memahami puisi/ sajak:
1. Perhatikan judul puisi/sajak:
Judul bisa menunjukkan makna keseluruhan atau menampilkan identitas/
keunikan puisi tsb. Judul bisa menjadi salah satu kunci untuk
memahami keseluruhan puisi.
2. Pahami makna denotatif puisi.
3. Bila masih belum puas, lanjutkan mencari
makna konotatif/ simbolis puisi tsb.
1. Perhatikan judul puisi/sajak:
Judul bisa menunjukkan makna keseluruhan atau menampilkan identitas/
keunikan puisi tsb. Judul bisa menjadi salah satu kunci untuk
memahami keseluruhan puisi.
2. Pahami makna denotatif puisi.
3. Bila masih belum puas, lanjutkan mencari
makna konotatif/ simbolis puisi tsb.
Walaupun kita akhirnya sampai kepada makna konotatif/ simbolis,
tafsiran harus tetap ada hubungannya dengan teks puisi, tidak terlepas
sama sekali.
Jadi tanfsiran tidak bersifat semena-mena tanpa hubungan apapun dengan
teks puisi.
Perhatikan puisi Sutardji berikut:
TRAGEDI WINKA & SIHKHA
kawin
kawin
kawin
kawin
kawin
ka
win
ka
win
ka
win
ka
win
ka
winka
winka
winka
sihka
sihka
sihka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
sih
sih
sih
sih
ka
Ku
kawin
kawin
kawin
kawin
ka
win
ka
win
ka
win
ka
win
ka
winka
winka
winka
sihka
sihka
sihka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
sih
sih
sih
sih
ka
Ku
(Sutardji Calzoum, O, Amuk, Kapak)
Interpretasi:
------------
a) Judul puisi:
Tragedi Winka dan Sihkha seolah menggambarkan suatu tragedi/
sesuatu yg menyedihkan. Seolah terjadi pada orang bernama
Winka dan Sihkha.
Tragedi Winka dan Sihkha seolah menggambarkan suatu tragedi/
sesuatu yg menyedihkan. Seolah terjadi pada orang bernama
Winka dan Sihkha.
b) Makna denotatif:
Selain kata "Tragedi Winka dan Sihkha" pada judul, kita hanya
menemukan kata: "kawin" dan "kasih" yg terputus-putus dan "kaKu".
Bila dikaitkan dengan judul, "kawin" dan "kasih" seolah bukan
kegembiraan/ kebahagiaan tetapi tragedi, namun interpretasi
ini masih kurang memuaskan/ terlalu sederhana. Maka sejauh
ini makna denotatif kurang begitu memadai. Lalu kita melangkah
ke makna konotatif/ simbolis.
Selain kata "Tragedi Winka dan Sihkha" pada judul, kita hanya
menemukan kata: "kawin" dan "kasih" yg terputus-putus dan "kaKu".
Bila dikaitkan dengan judul, "kawin" dan "kasih" seolah bukan
kegembiraan/ kebahagiaan tetapi tragedi, namun interpretasi
ini masih kurang memuaskan/ terlalu sederhana. Maka sejauh
ini makna denotatif kurang begitu memadai. Lalu kita melangkah
ke makna konotatif/ simbolis.
c) Makna konotatif:
Dari sisi makna konotatif/ simbolis kita bisa mulai dari
mengamati tipografi - penampilan visual- puisi.
Kata "kawin" dan "kasih" ditulis putus-putus secara berulang
dalam bentuk Zigzag yang menggambarkan bahwa "kawin" dan "kasih"
itu adalah sesuatu yg sulit/ tidak mudah. "Kawin" dan "Kasih"
masa kini tidaklah merupakan jalan lurus tetapi jalan yg berliku/
patah-patah, penuh dengan kesulitan, percekcokan/ tidak selalu
sejalan antara pria & wanita yg mengalaminya. Lalu, penulisan kata
"kawin" dan "kasih" tsb terbalik:
kawin menjadi winka
kasih menjadi sihka
Makna simbolis/ konotatif dari pembalikan ini dapat menggambarkan
bahwa "kawin" dan "kasih" masa kini sudah terbalik, sudah
tidak sakral lagi, dalam hubungannya dengan Tuhan, tetapi hanya
seremonial saja yg dapat dilanggar dengan mudah.
Dari sisi makna konotatif/ simbolis kita bisa mulai dari
mengamati tipografi - penampilan visual- puisi.
Kata "kawin" dan "kasih" ditulis putus-putus secara berulang
dalam bentuk Zigzag yang menggambarkan bahwa "kawin" dan "kasih"
itu adalah sesuatu yg sulit/ tidak mudah. "Kawin" dan "Kasih"
masa kini tidaklah merupakan jalan lurus tetapi jalan yg berliku/
patah-patah, penuh dengan kesulitan, percekcokan/ tidak selalu
sejalan antara pria & wanita yg mengalaminya. Lalu, penulisan kata
"kawin" dan "kasih" tsb terbalik:
kawin menjadi winka
kasih menjadi sihka
Makna simbolis/ konotatif dari pembalikan ini dapat menggambarkan
bahwa "kawin" dan "kasih" masa kini sudah terbalik, sudah
tidak sakral lagi, dalam hubungannya dengan Tuhan, tetapi hanya
seremonial saja yg dapat dilanggar dengan mudah.
Sedangkan kata "ka" disambung "Ku" menjadi "kaku" yg bermakna konotatif
bahwa kawin dan kasih itu sudah menjadi kaku, tidak hidup/ bergelora
lagi, sudah kehilangan rasa.
"Ku" yg ditulis dengan huruf besar bisa juga bermakna "Aku" -
Aku lirik- yg mengalami "kawin" dan "kasih" yg telah serba
terbalik itu.
bahwa kawin dan kasih itu sudah menjadi kaku, tidak hidup/ bergelora
lagi, sudah kehilangan rasa.
"Ku" yg ditulis dengan huruf besar bisa juga bermakna "Aku" -
Aku lirik- yg mengalami "kawin" dan "kasih" yg telah serba
terbalik itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar