TRAGEDI WINKA & SIHKA
kawin
kawin
kawin
kawin
kawin
ka
win
ka
win
ka
win
ka
win
ka
winka
winka
sihka
sihka
sihka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
sih
sih
sih
sih
sih
ka
Ku
Sajak karya Sutarji yang berjudul Tradedi Winka Sihka ini, saya lihat pertama kali saat SMP, kemudian di SMA pun sering melihatnya. Waktu itu itu tidak terpikirkan untuk memahami arti dari sajak tersebut. Waktu itu hanya menganggap itu hanyalah sajak aneh, yang tidak ada maknanya.
Baru setelah membaca buku Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya karangan Prof. Dr. Rachmat Djoko Pradopo, mulai sedikit memahami. Pada buku tersebut dijelaskan, kata-kata kawin dan kasih yang diputus-putus dan dibalik, secara linguistik sajak tersebut tidak ada artinya, kecuali kata kawin dan kasih itu. Kata kawin dan kasih mengandung konotasi bahwa suatu perkawinan itu menimbulkan angan-angan hidup penuh kebahagiaan, terlebi bila disertai kasih sayang. Dalam sajak itu kata kawin dideretkan lima kali secara utuh, yang artinya bahwa suatu perkawinan entah lima tahun, lima bulan, lima minggu, atau lima hari masih utuh seperti semula, yaitu kebahagiaan Kemudian kata kawin diputus-putus, yang berarti perkawinan yang diliputi kebahagiaan itu sudah tidak utuh lagi. Misalnya
mulai ada pertengkaran antara suami istri. Bahkan, kata kawin sekarang terbalik menjadi winka. Yang berarti perkawinannya sudah menjadi "neraka". Pada akhirnya
terjadi tragedi winka dan sihka itu, misalnya terjadi perceraian, istri membunuh suami atau sebaliknya.
Tipografi zig-zig juga mempunyai makna mendalam, yaitu perkawinan yang semula bermakna kebahagiaan, mulai melewati bahaya yang berliku, penuh bahaya, yang akhirnya menimbulkan bencana, yaitu tragedi.
Sumber :
Djoko Pradopo, Rachmat. 2008. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Cetakan V. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar